Sopyan SD Sukamekar 2

Sopyan, memotivasi dirinya untuk terus bahagia. Apapun yang dilakukan harus menghasilkan kebahagiaan itu dan membaginya dengan yang lain. Menjadi kepala sekola...

Selengkapnya
Navigasi Web
Korban Pertama Corona

Korban Pertama Corona

Awal bulan, biasanya saat menyenangkan. Tanggal muda itu biasanya para pegawai dan karyawan waktunya menerima gaji. Tapi, tidak demikian dengan Pak Tono. Dengan wajah sedih, ia pulang ke rumahnya. Ketika menyerahkan amplop gaji kepada istrinya, ia menyampaikan kabar menyedihkan.

“Ibu jangan kaget, ya?” kata Pak Tono saat menyerahkan amplop gajinya.

“Memangnya kenapa, Ayah?” kata ibu sambil menerima dan membuka amplop.

“Itu, gaji yang diterima ayah sekarang” kata ayah datar.

Setelah dihitung uangnya hanya Rp2.000.000,- Ibu mempertanyakan, mengapa gajinya berkurang. Padahal biasanya dia menerima Rp6.000.000,-, Bermacam-macam ungkapan kekecewaan yang dikatakan ibu. Mulai tuduhan selingkuh, menyembunyikan uang, suami pelit. Pertanyaan dan tuduhan lain ditujukan kepada ayah, sampai bingung menjawabnya.

“Ayo ngaku!” katanya tegas.

Sejenak ayah terdiam. Ia tidak habis pikir atas pertanyaan dan perintah pengakuan itu.

“Ibu kan tahu sendiri. Dua minggu ini, ayah dirumahkan sejak pertengahan bulan. Berarti gajinya dari kantor juga tinggal segitu” kata ayah.

“Nggak bisa begitu, Ayah!” kata ibu protes. “Nih, biar Kamu ngerti, harga barang dan belanjaan kita bukannya turun. Tapi semuanya naik!” kata ibu dengan nada tinggi. Sekarang, sebutan ayah mulai diganti dengan kamu. “Coba deh Kamu belanja sendiri! Sayuran naik, gula naik!”

“Ayah ngerti! Tapi, tolong Kamu juga ngerti juga keadaan ayah!” Sejenak pasangan suami istri itu terdiam.

Pak Tono adalah karyawan di sebuah hotel di Jakarta. Sebetulnya penghasilan perbulan cukup besar. Karena bukan hanya gaji yang diterima, ada berbagai tip sebagai penghasilan tambahan dari tamu.

“Pokoknya Kamu harus bilang pada bos!” kata ibu, berusaha mendikte ayah agar melaksanakan perintahnya, “Jangan coba-coba memotong gaji karyawan. Kita kan aset yang paling berharga. Tidak ada perusahaan kalau tidak ada karyawan. Perusahaan malah akan bangkrut bila tidak mendapat dukungan karyawan”.

“Ibu-ibu, stop!”

“Tidak, bisa!” kata ibu malah lebih keras, “Kamu harus paksa perusahaan memberikan gaji secara penuh! Memangnya bisa makan apa dengan uang segitu. Coba hitung untuk resiko dapur, jajan anak, biaya kontrak di Jakarta, bahkan ongkos Kamu pulang pergi ke tempat kerja?”

“Ibu-ibu stop!” kata ayah mengulang permintaannya, “nanti nggak usah nyediain ongkos bahkan biaya kost!”

“Bagus kalau begitu! Berarti Kamu tidak ada jatah dari uang ini. Ongkos cari sendiri!”

“Bukan begitu, Bu!” kata ayah pelan. Seolah ingin ucapannya didengar ibu, ayah menempelkan telunjuknya pada bibirnya. Seketika ibu terdiam.

“Kita gak usah nyediain uang kos bahkan ongkos kerja. Karena akibat corona ini , hotel sepi pengunjung”.

“Terus?” kata ibu penasaran.

“Ayah terkena PHK!” kata ayah sedih.

“Apa?” tanya ibu. Kali ini dia benar-benar terdiam.

Ya. Karyawan yang kena PHK termasuk korban pertama corona sebelum mereka mati kelaparan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setiap membaca tulisan Bapak saya jadi miris... Ya allah, semoga musibah ini segera berlalu dan kisah-kisah seperti yang Bapak tulis ini tidak terjadi. Aamiin

02 Apr
Balas

Begitu?Terima kasih, lho!Saya tahu, "siapa" Ibu Riful Hamidah!

02 Apr

Prihatin.. dan ternyata banyak yang seperti itu ya pak.. ya allah kasihan

02 Apr
Balas

Banyak banget!

02 Apr

Lanjutkan.

02 Apr
Balas

Tabahkan hatimu Pak. Allah punya rencana lain. Ibu nya ketus bangets ya Pak? Hehe. Salam

02 Apr
Balas

Ibu-ibu zaman nowHehehe...

03 Apr

Luar biasa bagus cerpennya pak. Salam Literasi

07 Apr
Balas



search

New Post