Disinyalir Banyak Guru Melakukan Hoaks
Disinyalir Banyak Guru Mengajarkan Hoaks
Pada waktu kampanye, berita hoaks banyak bermunculan. Berita itu menyudutkan lawan politik atau menebarkankan kebohongan untuk menjatuhkannnya.
Hoaks seolah menjadi bumbu pemilu itu sendiri. Ternyata hoaks yang dikemas dengan rapi, berhasil mengelabui calon pemilih untuk mendukung si penyebar hoaks.
Percayakah Anda, bahwa hoaks banyak dilakukan pula oleh para guru kepada peserta didiknya pada saat diamengajar?
Bila hoaks saat pemilu untuk mendapatkan keuntungan politik, maka hoaks yang dilakukan guru untuk keuntungan pembelajarannya.
Pada materi pelajaran sejarah, dimana berlaku dalil bahwa para pemenang dan penguasa berhak untuk menuliskannya. Jelas sekali dengan mudahnya sejarah itu dapat dibelokkan. Bila hal itu diajarkan kepada peserta didik tanpa melakukan kaji ulang kebenarannya, maka guru telah mengajarkan hoaks. Dia tidak sempat cek and recek sejarah, karena memang sejarah ditulis untuk kepentingan si pemenang sejarah.
Ketika guru IPA membaca materi fotosintesis, kemudian mengajarkan kepada peserta didiknya bahwa fotosintesis terjadi siang hari dengan bantuan sinar matahari. Tetapi sang guru tidak bisa membuktikan kebenaran proses fotosintesis itu dengan bukti-bukti yang bisa menyakinkan siswa. Itu juga bisa digolongkan dengan hoaks. Percaya begitu saja, tetapi berani menyampaikannya kepada orang lain. Sesuatu yang bertentangan dengan kaidah keilmuan itu sendiri.
Demikian halnya ketika guru matematika mengajarkan konsep luas. Sebuah persegi panjang digambar, kemudian dicantumkan ukuran panjang 4 cm dan lebarnya 3 cm (bukan ukuran sesungguhnya). Kemudian dikatakan dengan pasti bahwa luasnya 12 cm2, sementara siswa tidak diberikan pemahaman pengertian cm persegi, maka itu bisa disebut sebagai hoaks juga.
Ternyata kebohongan tidak hanya berlaku pada pembelajaran sejarah, pelajaran lain pun demikian. Jadi luar biasa apa yang dilakukan oleh para guru itu. Sepanjang tidak bisa membuktikan kebenaran yang diajarkannya berarti itu hoaks semua.
Untuk mengurangi bahkan menghilangkan hoaks dalam pembelajaran, maka perlu memperhatikan pesan-pesan dari pakar pendidikan. Misalnya mengajarlah mulai dari kongkret menuju abstrak, atau dari yang dekat dengan siswa ke yang jauh, bahkan mulai dari mudah ke yang sukar, dan sebagainya.
Pokoknya, perlu ditempuh cara-cara yang bisa meningkatkan pemahaman peserta didik dan tidak verbalisme. Sekedar dihapal, tanpa dibuktikan kebenarannya. Hindarkan hoaks, karena hoaks yang dikemas rapi akan membodohi siswa itu sendiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Begitu yah Pak. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Terima kasihSenang banget disapa Ibu Siti Ropiah.
Benar juga...pinter buat judul bikin penasaran
Eh, terimakasih ya!
good sharing boss :)
Oke
Wow! Ajakannya untuk membuktikan kebenaran konsep mantul Pak. Salam literasi!
Siap
Betul sekali pak
Iya
kalo ngajar bahasa gak ikut menyebarkan hoak kan pak...hehehe
Bisa jadi, yang penting tidak membodohi anak.
Mantap Pak
Dikira hoax apa, pinter nya Bapak ini bikin judul, khayak nya harus nyimak semua postingan2 Bapak nich, hehe..
Merasa nih pak ... harus memperbaiki cara mengajak belajar anak yang bermakna